Minggu, 08 November 2009

pengendalian hama terpadu pada tanaman kubis dan kentang

RINGKASAN

PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracca) DAN KENTANG (Solanum tuberosum)

Pengendalian hama terpadu adalah penggunaan metode-metode pengendalian yang ada dalam satu kesatuan rencana sedemikian rupa, sehingga populasi hama dapat ditekan dalam jumlah yang secara ekonomis tidak merugikan, tetapi kuantitas produksi dapat dipertahankan berdasarkan perhitungan ekonomis, sekaligus mempertahankan lingkungan (Oka dan Bahagiawati, 1987).

Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah satu pertimbangan dasar, Tujuan utama pengendalian hama terpadu, bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan hama, melainkan mengendalikan populasi hama agar tetap berada di bawah suatu tingkatan atau batas ambangyang dapat mengakibatkan kerugian ekonomik.

Dengan keluarnya Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman yang salah satu pasalnya menyatakan supaya mengendalikan OPT dengan cara Pengedalian Hama Terpadu (PHT). PHT meliputi empat prinsip dasar, yaitu:

1. Tanaman budidaya yang sehat

Sasaran pengelolaan agro-ekosistem adalah produktivitas tanaman budidaya. Pemilihan varietas, tanaman yang memperoleh cukup pemupukan, pengairan, penyiangan gulma dan disertai pengolahan tanah yang baik sebelum masa tanam adalah dasar bagi pencapaian hasil produksi yang tinggi.

2. Melestarikan dan Mendayagunakan fungsi musuh alami

PHT secara sengaja mendayagunakan dan memperkuat peranan musuh alami yang menjadi jaminan pengendalian, serta memperkecil pemakaian pestisida berarti mendatangkan keuntungan ekonomis kesehatan dan lingkungan tidak tercemar.

3. Pemantauan Lahan Secara Mingguan

PHT menganjurkan pemantauan lahan secara mingguan oleh petani sendiri untuk mengkaji masalah hama yang timbul dari keadaan ekosistem lahan yang cenderung berubah dan terus berkembang.

4. Petani Menjadi Ahli PHT di Lahannya Sendiri

Dengan keahliannya itu petani secara mandiri dan percaya diri mampu untuk melaksanakan dan menerapkan prinsip teknologi PHT di lahannya sendiri. Sebagai ahli PHT petani harus mampu menjadi pengamat, penganalisis ekosistem, pengambil keputusan pengendalian dan sebagai pelaksana teknologi pengendalian sesuai dengan prinsip-prinsip PHT.

Adapun isi tulisan ini membicarakan PHT Tanaman Kubis dan PHT tanaman kentang.

PETUNJUK PHT UNTUK TANAMAN KUBIS

1. Sebelum Tanam

- Pemilihan varietas

- Waktu Tanam

- Persiapan lahan

- Persemaian

2. Setelah Tanam

a. Awal Pertumbuhan (0 – 15 hari)

- Setelah bibit ditanam di lapang, segera disiram dan diberi naungan,

- Penyiraman dilakukan setiap sore sampai tanaman benar-benar hidup.

- Tanaman yang mati disulam.

- Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari,

- Pengendalian hama secraa mekanis “pithesan”, yaitu mengambil hama yang ada kemudian dipencet dngan jari.

b. Fase Pembentukan daun (15 – 35 hari)

- Penyiangan pada saat tanaman berumur 34 hari

- Penambahan 5 g urea/tanaman saat umur 35 hari.

- Pertumbuhan tanaman pada fase ini sangat penting karena akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya.

- Pengendalian hama dengan cara “pithesan”

c. Fase Pembentukan telur (35 – panen)

- Peka terhadap serangan penyakit dan ulat jantung kubis

- Pengendalian hama dengan cara “pithesan”

- Jika telur kubis sudah keras dan masif, siap untuk dipanen.

d. Pengamatan

Dilakukan sesuai dengan lembar pengamatan. Cara pengamatan petunjuk umum.

3. Hama Tanaman Kubis

a. Ulat tritip/ulat daun (Plutella xylostella)

Ulat tritip memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Ulat ini cepat sekali kebal terhadap satu jenis insektisida. Pengendalian dapat dilakukan dengn cara “pithesan” yaitu mengambili ulat yang terdapat pada tanaman kubis, kemudian dipencet sampai mati.

b. Ulat krop/jantung kubis (Crocidoomia binotalis)

Sering menyerang titik tumbuh sehingga disebut sebagai ulat jantung kubis. Pengendalian sama dengan ulat tritip.

c. Ulat Grayak (Spodoptera Litura)

Ulat grayak juga mau menyerang kubis. Pengendaliannya sama dengan ulat tritip.

d. Ulat Tanah (Agrotis Ipsilon)

Gejala kerusakan yang ditimbulkan ialah terpotongnya tanaman kubis yang masih kecil. Pengendalian dapat dilakukan dengan membongkar tanah secara berhati-hati disekitar tanaman yang terpotong. Apabila serangan banyak, dapat digunakan karbofuran, furadan atau curater.

PETUNJUK PHT KENTANG

1. Sebelum Tanam

a. Pemilihan varietas kentang yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit

Bisa dilaksanakan sepanjang tahun.

b. Persiapan lahan

2. Setelah Tanam

· Awal Pertumbuhan (0 – 15 hari)

Pengguludan pertama dengan cara mengambil tanah pada bedengan disebelahnya kemudian diguludkan, dilakukan penyiangan dan penyiraman.

· Fase Vegetatif (15 – 45 hari)

Pengguludan kedua, didahului dengan pemupukan ke dua, dengan pemupukan 200 kg ZA. Pertumbuhan tanam sangat penting pada saat ini karena sangat berpengaruh pada pertumbuhan berikutnya. Fase ini sangat peka terhadap serangan jamur Phytopthora infestan.

· fase pembentukan Umbi ( 45 hari – panen)

Memperbaiki saluran drainase supaya tanaman tidak tergenang. Fase ini sangat peka terhadap serangan jamur Phytophora dan bakteri Pseudomonas solonacearum.

· Panen tanaman kentang dapat dilihat dengan ciri-ciri batang sudah berwarna kuning, daun sudah mati umbi yang didalam tanah sudah tidak terkelupas kulitnya apabila di ambil dari dalam tanah.

3. Hama dan Penyakit Tanaman Kentang

Hama

a. Epilachna sp

Menyerang kentang mulai umur 3 minggu

b. Trips (Trip sp)

Vektor pembawa penyakit virus PSWV (Potato Spotted Wilt Virus) dengan ambang ekonomi; 10 ekor nimfa/daun

c. Aphis (Aphids sp)

Vektor Virus kerdil

d. Ulat Tanah (Agrotis Isiplon)

Memotong tanaman yang baru tumbuh

Penyakit Tanaman Kentang

1. Penyakit busuk Phytophora

· Menyerang daun dan umbi

· Daun berwarna kuning kemudian layu

· Batang busuk

· Umbi membusuk, jika dibelah berwarna merah basah

· Cabut dan buang tanaman yang menunjukkan gejala

2. Penyakit layu bakteri

· Tanaman layu, apabila batang dipotong mengeluarkan lendir.

· Cabut dan buang tanaman yang menunjujjan gejala

Pengamatan

- Pengamatan dilakukan sesuai dengan lembar pengamatan

- Cara pengamatan disesuaikan dengan petunjuk umum.

TUGAS PENGENDALIAN HAMA TERPADU

RINGKASAN

PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracca) dan KENTANG (Solanum tuberosum)

O

L

E

H

UMI KALSUM

C01106060

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar